ROPU MAESTRO
Kubur Puisi
untuk puisi
kupilihkan rumput yang ramah
di bawah tubuh teduh pohon sabda
yang melulu menjatuhkan doa-doa
setiap senja
untuk puisi
kupilihkan rahim yang tabah
degup pada jantung tanah memisah
kata dari makna, rengkuh menjeda
peluk semesta
untuk puisi
kupilihkan cuaca yang hangat
nukilan musim pada langit tumbuh
matahari perawan, meneguk hujan
curah tertelan
untuk puisi
kupilihkan tangis yang sedikit
duka ruap genangan kabung
dipencarkan sinar, air mata
tidak bernama
untuk puisi
kupilihkan sekarat yang sebentar
jalan kecil berpancang nyala lampu
pendar mengantar gema tapak
sebelum sampai
untuk puisi
kupilihkan tempat paling indah untuk mati
Jatinangor, 12/05/11, 0:52
untuk puisi
kupilihkan rumput yang ramah
di bawah tubuh teduh pohon sabda
yang melulu menjatuhkan doa-doa
setiap senja
untuk puisi
kupilihkan rahim yang tabah
degup pada jantung tanah memisah
kata dari makna, rengkuh menjeda
peluk semesta
untuk puisi
kupilihkan cuaca yang hangat
nukilan musim pada langit tumbuh
matahari perawan, meneguk hujan
curah tertelan
untuk puisi
kupilihkan tangis yang sedikit
duka ruap genangan kabung
dipencarkan sinar, air mata
tidak bernama
untuk puisi
kupilihkan sekarat yang sebentar
jalan kecil berpancang nyala lampu
pendar mengantar gema tapak
sebelum sampai
untuk puisi
kupilihkan tempat paling indah untuk mati
Jatinangor, 12/05/11, 0:52
Catatan Perjalanan
--berlayar--
tahun-tahun berlayar
membentuk perahu peradaban
dari bangkai almenak
dan bubuk waktu
kota-kota membangun cahaya
di atas gemerlap langit
yang jadi peta gelombang
--berlabuh--
tahun-tahun berlabuh
membentuk dermaga perhentian
dari catatan perjalanan
dan artefak nafas moyang
kota-kota melebur ke tanah
di badai debu sejarah
yang jadi angin penghabisan
Sukabumi, 31 Mei 2011, 2:04
--berlayar--
tahun-tahun berlayar
membentuk perahu peradaban
dari bangkai almenak
dan bubuk waktu
kota-kota membangun cahaya
di atas gemerlap langit
yang jadi peta gelombang
--berlabuh--
tahun-tahun berlabuh
membentuk dermaga perhentian
dari catatan perjalanan
dan artefak nafas moyang
kota-kota melebur ke tanah
di badai debu sejarah
yang jadi angin penghabisan
Sukabumi, 31 Mei 2011, 2:04
Perihal Tidur dan Mimpi
kita selalu berpikir
menciptakan kemungkinan
melipat mimpi ke dalam sadar
supaya tidur tak terbebani
supaya tidur menjadi mati
kita selalu berpikir
menciptakan kemungkinan
menulis mimpi di tubuh puisi
supaya tidur menjadi kenangan
supaya tidur selalu memabukkan
kita selalu berpikir
menciptakan kemungkinan
melarung mimpi di sungai
supaya tidur tak tertandai
supaya tidur mengalir pergi
Jatinangor, 12 Mei 2011, 1:11
kita selalu berpikir
menciptakan kemungkinan
melipat mimpi ke dalam sadar
supaya tidur tak terbebani
supaya tidur menjadi mati
kita selalu berpikir
menciptakan kemungkinan
menulis mimpi di tubuh puisi
supaya tidur menjadi kenangan
supaya tidur selalu memabukkan
kita selalu berpikir
menciptakan kemungkinan
melarung mimpi di sungai
supaya tidur tak tertandai
supaya tidur mengalir pergi
Jatinangor, 12 Mei 2011, 1:11
Requiem di Gunung Moria
Moria, gunung batu bersaput
debu angin gersang
tempat Ishak yang setia bertaruh
pada Tuhan dan sang Ayah
terbaring ia, berbaring nisbi
dalam menaruh rasa pasrah
tubuh pada tangan Ibrahim
pada cinta Tuhan yang janggal
di altar batu ia jemput
doa-doa dari langit
tempat yang lebih tinggi lagi
bukan sekadar Akedah ditangan Ayahnya
serta bagaimana ia terhunus di lehernya
barangkali Tuhan jadi pula pertimbangan
hidup yang sanggup dipertaruhkan
mungkin Ibrahim juga akan menangis
dan di Moria bakal turun hujan kudus
ketika ia penggal putus hidup si Anak
yang jadi muara kasihnya selain Tuhan
tapi, apalah yang benar ia punya?
dalam rasa penyerahan yang utuh
maka Tuhan mengganti Ishak
yang berbaring di altar batu
dengan domba putih bulunya
sementara Ishak diberi kecup malaikat
: tuhan selalu punya cara yang berbeda
Jatinangor, 08/05/11
Moria, gunung batu bersaput
debu angin gersang
tempat Ishak yang setia bertaruh
pada Tuhan dan sang Ayah
terbaring ia, berbaring nisbi
dalam menaruh rasa pasrah
tubuh pada tangan Ibrahim
pada cinta Tuhan yang janggal
di altar batu ia jemput
doa-doa dari langit
tempat yang lebih tinggi lagi
bukan sekadar Akedah ditangan Ayahnya
serta bagaimana ia terhunus di lehernya
barangkali Tuhan jadi pula pertimbangan
hidup yang sanggup dipertaruhkan
mungkin Ibrahim juga akan menangis
dan di Moria bakal turun hujan kudus
ketika ia penggal putus hidup si Anak
yang jadi muara kasihnya selain Tuhan
tapi, apalah yang benar ia punya?
dalam rasa penyerahan yang utuh
maka Tuhan mengganti Ishak
yang berbaring di altar batu
dengan domba putih bulunya
sementara Ishak diberi kecup malaikat
: tuhan selalu punya cara yang berbeda
Jatinangor, 08/05/11
HTML Comment Box is loading comments...